Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 1 CGP 7

 

Saya menjadi guru sudah 28 tahun tahun lebih. Perjalanan panjang mengabdi sebagai pendidik memberikan banyak pengalaman, tantangan sekaligus harapan. Berawal dari rasa ingin tahu tentang program merdeka belajar, saya mendaftar mengikuti guru penggerak di usia penghujung menjelang 50 tahun sebagai batas akhir usia pendaftaran. Tidak ada kata terlambat, karena saya ingin menjadi bagian dari transformasi pendidikan Indonesia, sepanjang masih ada kesempatan dan kemampuan. Alhamdulillah saya lulus dua tahapan tes, dan mulai mengikuti acara pembukaan PGP Angkatan 7 pada tanggal 20 Oktober 2022, dilanjutkan mengikuti pretest keesokan harinya, dan kegiatan lokakarya pada tangal 22 Oktober 2022 yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bangkalan. Pada saat lokakarya ada beberapa hal baru yang saya dapatkan. Pertama, tentang kesepakatan kelas yang disusun secara kolaboratif dan menjadi semacam aturan yang harus ditaati semua pihak. Kedua, secara visual saya dapat mengamati bagaimana cara PP memposisikan CGP. Interaksi PP dengan CGP bisa dianalogkan sebagai pembelajaran antara guru dan siswa. Meskipun pengajaran andragogi berbeda dengan paedagogi, namun dalam beberapa hal ada beberapa persamaan, misalnya terkait kebebasan CGP dalam menggali info materi maupun cara menyampaikan pendapat. Pengembangan pembelajaran berpusat pada CGP.

Seteleh lokakarya kegiatan PGP dilakukan secara online melalui LMS terkait refleksi  filosofis pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Alur Belajar dalam modul adalah MERRDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Kegiatan Mulai dari Diri, CGP diminta merefleksi sejauh mana pemahaman diri sendiri terhadap filosofis KHD. Kita seakan berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan tugas sebagai pendidik. Jujur selama ini saya hanya sedikit memahaminya. Karena dituntut harus menyelesaikan tulisan ini, maka saya mencoba browsing berbagai sumber di internet dan berdiskusi dengan beberapa rekan guru termasuk dengan istri saya yang juga guru untuk meningkatkan wawasan saya terhadap pemikiran KHD. Usaha itu tidak sia-sia, saya mulai berhasil menemukan maksud pemikiran KHD dan relevansinya dengan tugas saya sebagai pendidik.

Keesokan harinya kegiatan Eksplorasi Konsep. Di sini ada 11 sub-kegiatan dan harus diselesaikan selama 2 hari (tanggal 24 s.d. 25 Oktober 2022). CGP diminta menyaksikan video potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial kemudian memberikan catatan refleksi terhadap video tersebut, dan sekaligus memberi komentar terhadap refleksi CGP lainnya. Selain menyaksikan video, di kegiatan ini CGP diminta membaca beberapa tulisan KHD dan materi seputar dasar pemikiran, asas, dan filosofis pemikiran KHD kemudian CGP memberikan catatan di setiap sub-kegiatan sekaligus memberi komentar terhadap catatan CGP lainnya. Alhamdulillah kegiatan Eksplorasi Konsep bisa saya selesaikan tepat waktu.

Perasaan lega hanya berlangsung sehari, karena keesokan harinya kita dihadapkan pada kegiatan Ruang Kolaborasi, yaitu forum diskusi virtual sekaligus presentasi. Dalam forum ini pemandu kegiatan adalah seorang fasilitator, yang tugasnya adalah memfasilitasi diskusi bagaimana CGP memahami pemikiran filosofis KHD agar bisa lebih saksama memaknai dan menghayati pemikiran KHD dalam menuntun kekuatan kodrat anak dan bagaimana penerapannya pada konteks lokal sosial budaya di daerah setempat. Kegiatan diskusi berlangsung hangat, seru, dan hidup. Sebuah indikasi bahwa para CGP sudah jauh meningkat pemahamannya terkait pemikiran KHD. Dari kegiatan ini wawasan saya terkait pemikiran KHD sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sekaligus sudah memiliki gambaran dan inspirasi untuk implementasi pada pembelajaran di kelas.

Kegiatan selanjutnya adalah Demontrasi Kontekstual. Para CGP diminta membuat sebuah karya yang menunjukkan wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan dari pemikiran filosofis KHD. Karya demonstrasi kontekstual bisa dalam bentuk video, atau infografis atau puisi atau lagu, dan lain-lain. Tugas ini tentu tidak mudah karena pada umumnya para guru tidak terbiasa mengaktualisasikan konsep pemikiran melalui sebuah karya. Saya merenung beberapa saat, mencoba mengenali kemampuan diri, dan akhirnya saya membuat karya puisi berjudul Bisikan Hati Seorang Pendidik. Saya merasa tanggung kalau hanya mengirim teks, maka saya meyakinkan diri saya bahwa saya mampu membacakan puisi tersebut dan merekamnya melalui HP dan mengirim link-nya agar bisa dilihat oleh orang lain, dengan harapan semoga ada manfaatnya. Keputusan itu saya buat di detik-detik terakhir waktu pengumpulan, setelah rasa percaya diri saya perlahan-lahan memotivasi saya untuk melakukannya.

Kegiatan berikutnya adalah Elaborasi Pemahaman. Kegiatan ini  berupa diskusi virtual yang dipandu oleh seorang instruktur.  Instruktur mempresentasikan materi Pemikiran Filosofis (KHD) selama 25 menit untuk memberikan penguatan pemahaman para CGP, dilanjutkan diskusi dan tanya jawab. Forum ini menjadi tempat untuk mendialogkan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini masih ada di pikiran CGP. Sayangnya tidak semua unek-unek bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan, mengingat keterbatasan waktu dan gangguan sinyal yang kadang-kadang menghambat jalannya diskusi.

Kegiatan selanjutnya adalah Koneksi Antar Materi. Dalam kegiatan ini CGP diminta membuat kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran KHD, sekaligus sebagai refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang akan dipraktekkan CGP di sekolah. Sampai tulisan ini dibuat tugas tersebut belum diselesaikan. Belum terlambat, karena masih ada 2 hari ke depan yaitu tanggal 8 November 2022 sebagai batas akhir pengumpulan. Tulisan jurnal ini didahulukan karena seharusnya ini diselesaikan kemarin (tanggal 5 November). Namun banyak CGP tidak menyelesaikan tepat waktu karena mispersepsi, dan karena form Jurnal terpisah dengan form Modul 1.

 

Kegiatan PGP Modul 1 selama 2 minggu ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Dan menjadi kebiasaan baru bagi saya untuk memanfaatkan waktu secara lebih baik dan efektif. Saya harus bisa membagi waktu secara bijak dan adil antara waktu keluarga, bermasyarakat, tugas sekolah, membaca literatur dari berbagai sumber, dan tugas-tugas PGP. Memang melelahkan dan pada hari ini saat saya menulis jurnal ini kondisi saya sedang kurang enak badan. Namun demikian saya merasa senang karena saya yakin akan mendapatkan hasil yang sepadan. Dari kegiatan PGP saya jadi tahu bahwa tugas pendidikan adalah menuntun anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaannya sebagai manusia pribadi dan sosial. Pendidikan tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak, mereka harus diberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar. Saya merasa bahwa selama ini saya terlalu dominan dalam pembelajaran. Sebagai guru Matematika saya cenderung berfokus pada materi pelajaran dan menuntut anak untuk memahaminya sesuai dengan harapan saya. Itulah mengapa saya kadang-kadang memarahi mereka jika tidak bisa mengerjakan soal. Apakah itu yang dinamakan menuntun? Apakah kalau mereka tidak bisa mengerjakan soal berarti mereka tidak akan selamat dan bahagia di kehidupan mereka selanjutnya? Saya ingin menitikkan air mata, dan mulai merasa kurang benar bertindak sebagai pendidik selama ini. Saya ingin mengubah paradigma saya sebagai pendidik.

 

Nilai-nilai yang saya dapatkan dari kegiatan PGP adalah kesadaran tentang bagaimana  seharusnya bersikap sebagai pendidik, yaitu semboyan KHD ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani yang artinya di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Anak-anak biarkan tumbuh sesuai kodrat mereka sendiri, baik lahiriyah maupun batiniah. Anak dilahirkan bukan seperti kertas kosong, namun sudah ada tulisan-tulisan samar, tugas pendidikan hanya menebalkan. Sebagai pendidik tugas kita hanya memfasilitasi dan mengarahkan anak-anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya agar mereka bisa mandiri, selamat, dan bahagia dalam kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut KHD, kita menghamba pada anak. Artinya kita melayani anak sesuai kehendaknya, bukan memaksa. Pendidikan juga harus kontekstual dengan kondisi alam dan zaman, agar hasil pendidikan berdampak positif pada kehidupan anak sesuai dengan masa dan tempat tinggalnya. Setiap hasil pendidikan harus mengacu pada peningkatan budi pekerti anak agar hasil pendidikan bisa memberikan manfaat pada dirinya sendirinya, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Di samping itu, melalui kegiatan PGP ini saya mendapat inspirasi tentang alur MERRDEKA. Pemahaman terhadap suatu konsep bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Sehingga anak bisa memahami konsep, sekaligus bisa mengeksplore kemampuan dan kekuatan kodratnya.

 

Filosofi KHD yang saya pelajari secara intens selama 2 minggu ini akan saya terapkan pada pelaksanaan tugas saya sebagai pendidik. Saya akan mengubah kebiasaan teacher oriented menjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada anak (student oriented). Dalam kegiatan pembelajaran saya akan menerapkan sistem among dan menghamba pada anak. Saya ingin menghilangkan kebiasaan marah-marah jika anak bertindak tidak sesuai dengan kehendak saya. Saya akan menuntun mereka dengan ikhlas melalui keteladanan, pemberian motivasi, dan dorongan. Kegiatan pembelajaran selain kontekstual dengan alam atau benda-benda nyata di lingkungan sekitar, juga akan coba saya kaitkan dengan penggunaan IT. Sesuai dengan tuntutan abad 21, pembelajaran yang saya lakukan akan berorientasi juga pada peningkatan kompetensi 4C, yaitu : Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah),  Communication (komunikasi), Collaboration (Kolaborasi), Creativity and Inovation (kreativitas dan inovasi).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 CGP 7

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 11 CGP 7