JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 11 CGP 7

 

Pada jurnal refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menjawab pertanyaan pemantik pada forum diskusi eksplorasi konsep modul 3.3 sebagaimana ada dalam LMS. Refleksi ini saya tulis setelah saya menyelesaikan diskusi tersebut.

 

 

1.  Apa yang telah Bapak/Ibu pahami tentang konsep kepemimpinan murid (student agency)?

 

Pada dasarnya kepemimpinan murid (student agency) merupakan kemampuan murid untuk bertanggung jawab mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Dalam kepemimpinan murid, mereka memiliki kontrol atas apa yang terjadi dan mereka merasa dapat mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Untuk mengembangkan kepemimpinan murid tugas pendidik sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. Saat murid berada dalam kursi kemudi proses belajar mereka, maka mereka akan lebih bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri dan menunjukkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses belajarnya. Mereka juga bisa menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing) yang memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat. Student agency merupakan sebuah perubahan pendidikan di Indonesia untuk menciptakan merdeka belajar dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila.

 

 

2.  Bagaimana Bapak/Ibu dapat mendorong dan mempromosikan suara, pilihan, dan kepemilikan murid di kelas Ibu/Bapak?

                                                                                                    

2.1 Voice (suara)

 

Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya.

Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam banyak cara.  Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya. Beberapa upaya untuk mendorong dan mempromosikan “suara murid” di kelas antara lain :

1)  Membangun budaya saling mendengarkan.

2)  Membangun kepercayaan diri murid agar mereka percaya bahwa setiap suara berharga dan layak didengar.

3)  Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap proses belajar yang telah dilakukan.

4)  Melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran.

5)  Melibatkan murid dalam menyusun kriteria penilaian.

6)  Memberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat, berdiskusi dalam berbagai kesempatan dan proses pembelajaran.

7)  Mengajak murid untuk mendiskusikan keyakinan kelas dan membuat kesepakatan kelas.

8)  Melibatkan murid untuk memberikan saran tentang metode atau media apa yang mereka inginkan untuk kegiatan pembelajaran.

9)  Memberikan kesempatan murid untuk memberi saran terkait penyelesaian tugas yang diberikan, baik menyangkut waktu maupun bentuk produknya.

10)   Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Mengidentifikasi masalah atau persoalan yang terjadi dalam dunia nyata yang menarik bagi murid dan kemudian memberi kesempatan mereka untuk bekerja sama dan bertukar pikiran tentang strategi dan solusi untuk permasalahan tersebut.

 

 

2.2 Choice (pilihan)

 

Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Dalam ranah sosial, murid dapat diberikan kesempatan untuk berada dalam kelompok yang sesuai dengan tujuan atau minatnya; dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan untuk memilih atau mengatur tempat belajar yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah lingkungan, murid diberikan kesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang paling mendukung untuk mereka belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah pembelajaran, murid diberikan pilihan-pilihan untuk mengakses, berlatih, atau membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam kurikulum.

Mempromosikan pilihan murid dalam proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan cara antara lain:

1)  Membuka cakrawala murid bahwa ada berbagai pilihan atau alternatif yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum menentukan sebuah keputusan.

2)  Memberikan kesempatan bagi murid untuk memilih bagaimana mereka mendemonstrasikan pemahamannya tentang apa yang telah mereka pelajari.

3)  Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih peran yang dapat mereka ambil dalam sebuah kegiatan pembelajaran.

4)  Memberikan murid kesempatan untuk memilih kelompok.

5)  Memberikan kesempatan murid untuk mengelola pengaturan kegiatan belajar.

6)  Menggunakan musyawarah untuk mengambil keputusan, atau jika memang diperlukan melalui voting, untuk memprioritaskan langkah tindakan atau aktivitas berikutnya. Misalnya saat ingin belajar tentang topik tertentu, guru dapat mendiskusikan dan membuat daftar kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, kemudian meminta murid untuk memilih mana yang ingin mereka lakukan lebih dulu.

7)  Memberi kesempatan pada murid untuk menentukan sendiri bentuk penugasan yang mereka inginkan.

8)  Memberikan kesempatan pada murid untuk mempresentasikan hasil kerja/proyek sesuai dengan gaya , minat dan bakat mereka

9)  Memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar sesuai minat mereka.

10)   Memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya.

11)   Memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau agenda dalam melaksanakan pembelajarannya.

 

 

2.3 Ownership (kepemilikan)

 

Menurut Duddley-Marling dan Searle yang dikutip oleh Rainer dan Mona dalam artikel yang berjudul Ownership of Learning in Teacher Education (2002:27)  bahwa kepemilikan bukanlah sesuatu yang bisa diberikan, melainkan sesuatu yang berkembang dalam struktur dan proses yang menyiratkan rasa hormat terhadap otonomi, kekuasaan, suara, dan tanggung jawab kepada orang lain.

Dengan demikian kondisi-kondisi, struktur, dan proses perlu dikembangkan agar guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang mendorong murid memiliki rasa kepemilikan

Mempromosikan kepemilikan murid dalam proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan cara antara lain :

1)  Merespon dan menindaklanjuti masukan dan umpan balik dari murid.

2)  Meminta pendapat murid untuk menentukan bentuk penugasan.

3)  Menciptakan lingkungan belajar di mana murid dapat menetapkan tujuan belajar dan kriteria keberhasilan mereka sendiri, dan memantau serta menyesuaikan pembelajaran mereka.

4)  Secara terus menerus menunjukkan kepada murid bagaimana mereka dapat menjadi pembelajar yang lebih baik dari hari ke hari, misalnya dengan belajar untuk menerima kesalahan. Berbagilah dengan murid-murid kita bagaimana terkadang kita membuat kesalahan dan bagaimana kita kemudian belajar dari kesalahan tersebut. Dengan cara ini, murid akan selalu merasa diterima. tidak dituntut sempurna, sehingga merasa nyaman dalam proses pembelajarannya.

5)  Menanyakan kepada murid apa yang mereka ketahui tentang topik yang akan dipelajari atau mendiskusikan pengalaman murid tentang topik tersebut, dan mengkoneksikannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan.

6)  Memosting ide siswa (dengan seizin murid sebagai bagian dari menghargai dan menghormati kepemilikan murid ).

7)  Mengajak murid mengatur layout kelas mereka sendiri.

8)  Mengkondisikan lingkungan fisik yang mendukung kepemilikan. Misalnya membuat papan buletin, yang dapat digunakan murid untuk menampilkan informasi tentang pekerjaan mereka, kesuksesan mereka, dan sebagainya.

9)  Mengajak murid untuk mengatur kelas mereka sendiri.

10)   Memajang pekerjaan-pekerjaan murid di kelas.

11)   Melakukan penilaian diri sendiri (self assessment).

12)   Membuat sudut murid di salah satu bagian sekolah, kemudian memberikan jadwal untuk setiap kelas untuk melakukan sesuatu di sudut tersebut.

13)   Memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi.

 

 

 

3.  Hal konkret apa yang akan Ibu/Bapak lakukan, sesuai dengan konteks keadaan nyata yang dihadapi (pikirkan aset-kekuatan yang dimiliki), untuk mewujudkan 7 karakteristik lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid di sekolah Ibu/Bapak?

                                                                                                    

Karakteristik lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid di sekolah  antara lain:

1)  Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.

2)  Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.

3)  Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.

4)  Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

5)  Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.

6)  Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.

7)  Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

 

Untuk mewujudkan karakteristik lingkungan yang dibutuhkan dalam mengembangkan kepemimpinan murid , guru dan sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Mereka memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari komunitas. Jadi hal konkret yang akan saya lakukan untuk mewujudan itu adalah :

1)  Mendesiminasikan konsep pengembangan sekolah berbasis asset kepada warga sekolah, dan diupayakan juga kepada masyarakat sekitar.

2)  Memetakan sumber daya dan mengoptimalkan potensi kekuatan yang dimiliki untuk mewujudan student agency.

3) Membiasakan siswa untuk terlibat dalam penyusunan program, pelaksanaan, maupun evaluasi setiap kegiatan dengan memberdayakan voice, choice, dan ownership siswa.

4)  Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial.

5)  Membudayakan musyawarah mufakat dan budaya refleksi.

6)  Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, di mana siswa mendapat layanan pendidikan sesuai kebutuhan belajar berdasarkan pendapat atau usulannya sendiri.

7)  Menerapkan bentuk pembelajaran asah asih dan asuh sesuai semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani.

8)  Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan berbasis pada kodrat zaman dan kodrat alam di mana murid tinggal.

9)  Menciptakan lingkungan sekolah yang wellbeing bagi seluruh warga sekolah.

10)   Mengakomodir setiap harapan murid dalam mengarahkan proses pembelajarannya di sekolah dengan pendekatan berbasis aset.

 

 

 

 

 

 

Bangkalan 210523  11.36

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 CGP 7

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 1 CGP 7